Latar Belakang

oleh SebarTweet

A. PROFIL KABUPATEN SINJAI

A. Sejarah Singkat Kabupaten Sinjai

Kabupaten Sinjai mempunyai nilai histories tersendiri, dibanding dengan kabupaten-kabupaten yang di Propinsi Sulawesi Selatan. Dulu terdiri dari beberapa kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan yang tergabung dalam federasi Tellu Limpoe dan Kerajaan – kerajaan yang tergabung dalam federasi Pitu Limpoe.
Tellu limpoe terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berada dekat pesisir pantai yakni Kerajaan Tondong, Bulo-bulo dan Lamatti, serta Pitu Limpoe adalah kerajaan-kerajaan yang berada di daratan tinggi yakni Kerajaan Turungen, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala Suka.
Watak dan karakter masyarakat tercermin dari system pemerintahan demokratis dan berkedaulatan rakyat. Komunikasi politik di antara kerajaan-kerajaan dibangun melalui landasan tatanan kesopanan Yakni Sipakatau yaitu Saling menghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai konsep “Sirui Menre’ Tessirui No’ yakni saling menarik ke atas, pantang saling menarik ke bawah, mallilu sipakainge yang bermakna bila khilaf saling mengingatkan.
Dalam Lontara susunan Raja – raja yang ada diSinjai pada masa lampau, bahwa yang pertama menjadi Raja dan Arung ialah Manurung Tanralili, yang kemudian dikenal dengan gelar TIMPAE TANA atau TO PASAJA

Keturunan Puatta Timpae Tana atau To Pasaja merupakan cikal bakal pendiri Kerajaan Tondong, Bulu – Bulo dan Lamatti.
Adapun Kerajaan yang pertama berkembang di Wilayah PITU LIMPOE adalah Kerajaan Turungen, Rajanya seorang wanita yang diperisterikan oleh Putra Raja Tallo. Salah seorang wanita kawin dengan seorang putra Raja Bone, dari perkawinan ini lahirlah tujuh orang anak, yaitu seorang wanita dan enam orang pria, Anaknya yang wanita kemudian menggantikan ibunya memerintah di Turungeng sementara yang lain ada di Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala Suka.
Bila ditelusuri hubungan antara kerajaan – kerajaan yang ada di Kabupaten Sinjai dimasa lalu, maka nampaklah dengan jelas bahwa ia terjalin dengan erat oleh tali kekeluargaan yang dalam Bahasa Bugis disebut SIJAI artinya sama jahitannya. Hal ini lebih diperjelas dengan adanya gagasan dari LAMMASIAJENG Raja lamatti X untuk memperkokoh bersatunya antara kerajaan Bulo – bulu dengan Lamatti dengan ungkapan ” PASIJAI SINGKERUNNA LAMATTI BULO – BULO ” artinya satukan
Keyakinan Lamatti dengan bulo-bulo, sehingga setelah meningggal dunia beliau digelar dengan PUATTA MATINROE RISIJAINA.

Eksistensi dan identitas kerajaan-kerajaan yang ada di Kabupaten Sinjai di masa lalu semakin jelas dengan didirikannya benteng pada tahun 1557. benteng ini dikenal dengan nama BENTENG BALANGNIPA sebab didirikan di Balangnipa, yang sekarang menjadi ibu kota Kabupaten Sinjai

Disamping itu, benteng ini pun dikenal dengan nama BENTENG TELLULIMPOE, karena didirikan secara bersama-sama oleh 3 (tiga) kerajaan yakni Lamatti, Bulo-bulo, dan Tondong, lalu dipugar oleh Belanda.

Tahun 1564 adalah tahun yang amat bersejarah bagi daerah Sinjai yang diwakili oleh Kerajaan Bulo-bulo. Ia mendapat banyak kunjungan dari dua kerajaan besar yang sedang berperang dan berebut pengaruh. Hal ini disebabkan karena letak daerah Sinjai yang berada pada daerah lintas batas dan sangat strategis bagi kedua kerajaan yakni Kerajaan Bone dan kerajaan Gowa.

Mengingat bahwa kedua kerajaan yang sedang berperang tersebut mempunyai hubungan kekerabatan dengan kerajaan-kerajaan Sinjai, maka Tellulimpoe dan Pitu Limpoe berupaya untuk tidak memihak atau terlibat dalam perang tersebut, bahkan dengan penuh kecerdikan dan kearifan, raja-raja di Sinjai berusaha mempertemukan pimpinanan kerajaan tersebut agar berunding dan berdamai.

Akhirnya pada bulan Pebruari 1564, Raja Bulo-bolu VI LAMAPPASOKO LAO MANOE TANRUNNA berhasil mempertemukan antara Kerajaan Gowa yang diwakili oleh I MANGERAI DAENG MAMMETA dengan LA TENRI RAWE BONGKANGNGE dari Kerajaan Bone, disaksikan oleh raja-raja lain, sehingga lahirlah perjanjian perdamaian yang kemudian yang kemudian dikenal dengan PERJANJIAN TOPEKKONG atau LAMUNG PATUE RITOPEKKONG.

Disebut LAMUNG PATUE RITOPEKKONG karena perundingan ini dilaksanakan dengan upacara penanaman batu besar, bagian batu yang dikuburkan dalam-dalam dimaksudkan sebagai simbol dikuburkannya sikap-sikap keras yang merugikan

semua pihak, sedang bagian batu yang timbul sebagai simbol persatuan yang tidak mudah bergeser.

Isi PERJANJIAN TOPEKKONG adalah

1. Maddume to sipalalo
Mabelle to sipasoro
Seddi Pabbanua pada rappunnai
Lempa asefa mappanessa

2. Musunna Gowa musunna to Bone na Tellulimpoe
Makkutopi assibalirenna

3. Sisappareng deceng teng sisappareng ja
Sirui menre teng sirui no
Malilu sipakainge mali siparappe

Artinya adalah :
1. Saling mengisinkan dalam mencari tempat bernaung
Saling memberi kesempatan dalam mencari ikan
Satu rakyat milik kita semua
Kemanalah padinya dibawa itulah yang menentukan
(kerajaan mana yang dipilihnya)

2. Musuh kerajaan Gowa juga musuh Kerajaan Bone dan
Tellulimpoe
Demikian pula sebaliknya

3. Saling memberikan kabaikan bukan kejahatan
Saling bantu membantu tidak saling mencelakakan
Yang lupa diri diingatkan, yang hanyut diselamatkan.

Tahun 1636 orang Belanda mulai datang ke daerah Sinjai. Kerajaan-kerajaan di Sinjai menentang keras upaya Belanda untuk mengadu domba dan memecah belah persatuan kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi selatan. Hal ini mencapai puncaknya dengan terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap orang-orang Belanda yang mencoba membujuk Kerajaan Bulo-bulo untuk melakukan perang terhadap Kerajaan Gowa. Peristiwa ini terjadi pada hari Jumat tanggal 29 Pebruari 1639 bertepantan dengan tanggal 22 Ramadhan 1066 hijriah, karena rakyat Sinjai tetap berpegangan teguh pada perjanjian Topekkong.

Tahun 1824 Gubernur Jenderal Hindia Belanda Vander Capellen datang dari Batavia membujuk I Cella Arung Bulo-bulo XXI agar menerima perjanjian Bongaya dan mengisinkan Belanda mendirikan Loji atau Kantor Dagang di Lappa tetapi ditolak dengan tegas. Belanda menyerang Sinjai dibawah pimpinan Jenderal Van Green dan Kolonel Biischaff. Pasukan Sinjai dibawah pimpinan Andi Mandasini dan Baso Kalaka berhasil memukul mundur pasukan Belanda.

Tahun 1859 Belanda dengan dipimpin Jenderal Van Swiaten kembali mengadakan serangan besar-besaran ke Sinjai, baik melalui laut maupun darat. Oleh karena kekuatan yang tidak seimbang maka akhirnya Sinjai direbut oleh Belanda.

Tanggal 15 Nopember 1861 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi dan Daerah, takluknya wilayah Tellulimpoe, Sinjai dijadikan satu wilayah pemerintahan dengan sebutan GOSTER DISTRICTEN.

Tanggal 24 Pebruari 1940, Gubernur Grote Gost menetapkan pembagian administratif untuk daerah timur termasuk Residensi Celebes, dimana Sinjai bersama-sama beberapa kabupaten lainnya berstatus sebagai Onther Afdiling Sinjai terdiri dari beberapa Adats Gemenchap, yaitu Cost Bulo-bulo, Tondong, Manimpahoi, Lamatti West, Bulo-bulo, Manipi dan Turungeng.

Pada masa pendudukan Jepang, struktur pemerintahan dan namanya ditata sesuai kebutuhan Bala Tentara Jepang yang bermarkas di Gojeng.

Dalam kancah perjuangan kemerdekaan menegakkan Proklamasi 17 Agustus 1945, para rakyat Kabupaten Sinjai membentuk berbagai organisasi perlawanan seperti Sumber Darah Rakyat atau SUDARA, Kris Muda dan lain-lain. Pantai-pantai yang ada di Sinjai menjadi transit bagi para Pejuang Kemerdekan yang akan ke Jawa dan sebaliknya.

Tanggal 20 Oktober 1959 Sinjai Resmi Menjadi Kabupaten berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1959.
Tanggal 27 Pebruari Abdul Latief dilantik sebagai Kepala Daerah Tingkat II Sinjai yang pertama.

Kini Kabupaten Sinjai terus berkembang menuju masa depan yang cerah dengan mottonya “SINJAI BERSATU” (Bersih, Elok, Rapi, Sehat, Aman, Tekun dan Unggul).

B. Letak Geografis

Secara geografis, Kabupaten Sinjai terletak di bagian timur Propinsi Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 223 km dari kota Makassar. Tepatnya berada pada posisi :5o19 50 5o36 47 LS dan 119o48 30 – 120o10 00 BT. Luas wilayah Kabupaten Sinjai seluas 819,96 Km2 (81.996 Ha). Kabupaten Sinjai sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bone, sebelah timur dengan Teluk Bone, sebelah selatan dengan Kabupaten Bulukumba dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Gowa. Secara Administratif, Kabupaten Sinjai mencakup 9 kecamatan, 13 kelurahan dan 67 Desa. Keadaan alam yang potensial didukung masyarakatnya yang sebagian petani, serta kondisi yang agraris di dukung dengan
sarana dan prasarana yang cukup memadai, menjadikan kabupaten ini memiliki potensi untuk pengembangan tanaman pangan, palawija dan holtikultura.Beberapa komoditi yang memiliki potensi untuk dikembangan adalah padi (tersebar di Kec. Sinjai Tengah, Sinjai Selatan, Sinjai Barat, Bullupoddo, dan Sinjai Borong), jagung (tersebar di Sinjai Utara, Sinjai Timur, Bullupoddo dan Tellu Limpo), Kacang tanah (tersebar di Kec. Sinjai utara, Sinjai Timur, Sinjai Tengah, Sinjai Selatan, Sinjai Barat,Bullupoddo, Sinjai Borong dan Tellu Limpoe).Pengembangan sektor Perkebunan juga masih menjanjikan. Komoditi unggulan perkebunan diantaranya cengkeh (tersebar di Kec. Sinjai Tengah, Sinjai Timur, Sinjai Selatan, Bullupaddo, Sinjai Barat, Sinjai Borong dan Tellulimpoe), Kakao yang tersebar di hampir semua kecamatan kecuali kecamatan Pulau Sembilan, Lada, Vanilli, Kopi arabika, kelapa, jambu mete, getah pinus, kemiri, karet dan tembakau.Wilayah pesisir Kabupaten Sinjai merupakan kawasan pantai dan pulau dengan potensi perikanan yang cukup besar. Dengan panjang pantai kurang lebih 28 km, potensi untuk pengembangan ikan tangkap, budidaya laut dan perairan umum sangat menjanjikan. Untuk perikanan tangkap sendiri, tingkat pemanfaatan baru mencapai 23.290,5 ton/tahun. Beberapa hasil
tangkapan berupa ikan dengan nilai ekonomis tinggi seperti cakalang, tuna dan tongkol. Untuk budidaya tambak, komoditi yang dapat dikembangkan antara lain udang windu, rumput laut dan ikan bandeng. Di sektor kehutanan, kabupaten ini memiliki sumber daya hutan mencakup hutan produksi dan hutan lindung. Dari kawasan hutan produksi, produk yang dihasilkan antara lain rotan , kayu bulat dan getah pinus.Kabupaten Sinjai juga kaya akanbarang tambang. Mulai dari singkapan minyak bumi yang berada di sekitar pantai hingga laut di Teluk Bone sampai pada indikasi logam mulia. Beberapa potensi barang tambang
diantaranya yaitu emas dan batu bara, pasir besi dan belerang, pasir, andesit serta lempung.Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, memungkinkan munculnya industri-industri kecil dan industri rumah tangga. Beberapa industri yang sedang dikembangkan adalaha industri gula aren, industri kerajinan bambu, industri minyak kelapa, industri pandai besi, industri pengolahan kopi, serta industri kerajinan tangan.
Kabupaten Sinjai juga tidak ketinggalan dengan potensi pariwisata. Terdapat beberapa objek wisata yang potensial untuk dikembangkan. Diantaranya wilayah adata karampuang dengan Pesta Adat Mappogau Sihanua, Wisata bahari di Pulau Larea-rea, Pantai Ujung Kupand dan Kawasan Pulau Sembilan. Ada juga objek
wisata sejarah seperti benteng Balangnipa yang merupakan benteng peninggalan penjajah Belanda, dan Wisata Purbakala Gojeng.

SEJARAH SINGKAT KEBERADAAN KANTOR KEMETERIAN AGAMA KABUPATEN SINJAI

A. Sekitar Tahun 1950 di Daerah Tk. II Sinjai dikenal Urusan Agama Kewedanan dengan membawahi 2 wilayah. Yaitu, Urusan Agama Sinjai Barat dan Sinjai Tengah dengan Pimp. USMAN SULAEMAN.
b. Pada Tahun 1955 kedua wilayah tersebut diatas berubah menjadi Urusan Agama Lamatti dan Urusan Agama Sinjai Selatan.
c. Pada Tahun 1960 berdirilah :
1. Dinas Urusan Agama Daerah Tk. II Sinjai dengan Pimp.
H. AHMAD TAHIR.
2. Dinas Penerangan Agama Daerah Tk. II Sinjai dengan Pimp. H. MUH. SALEH NUR.
3. Dinas Pendidikan Agama Daerah Tk. II Sinjai dengan Pimp.H. ABD. KARIM.
d. Kemudian pada Tahun 1970 diadakan penyatuan kembali menjadi PERWAKILAN DEPARTEMEN AGAMA dengan Kepala Kantor USMAN SULAEMAN.
Terdiri dari :
1. Inspeksi Urusan Agama Islam dengan Pimpinan ABDUL RAHIM MARZUKI.
2. Inspeksi Urusan Penerangan dengan Pimpinan MUH.SIRI
3. Inspeksi Pendidikan Agama dengan Pimpinan H.M. YAFIE
e. Pada Tahun 1976 Departemen Agama Kab. Sinjai mengalami perubahan dari PERWAKILAN KANTOR DEPARTEMEN AGAMA KAB. SINJAI menjadi KANTOR DEP. AGAMA KAB. SINJAI dengan Kepala Kantor H. MUDJTABA, BA
Terdiri dari :
1. Kepala Tata Usaha HAJAD HALID, BA
2. Kepala Seksi Urusan Agama ABD. RAHIM MARZUKI
3. Kepala Seksi Pendidikan Agama H. MUH. YAFIE
Struktur tersebut diatas berjalan sampai Tahun 1980
f. Pada Tahun 1981 keluarlah SK Menag No.45 Tahun 1981 yaitu Penyempurnaan kembali Kantor Departemen Agama dengan struktur sebagai berikut :
1. Kepala Kantor Dep. Agama Kab. Sinjai
2. Sub. Bag. Tata Usaha
3. Seki Urusan Agama Islam

4. Seksi Madrasah dan Penda Islam pada Sekolah Umum
5. Seksi Pendidikan Agama Islam
6. Seksi Perguruan Agama Islam
7. Penyelenggara Bimbingan Haji
g. Tindak lanjut pelaksanaan struktur diatas, 8 (delapan) kali pergantian Kepala Kantor.

1. Pada Tahun 2002, terjadi lagi perubahan sebagaimana KMA Menteri Agama RI Nomor 373 Tahun 2002 dengan struktur sebagai berikut :
2. Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Sinjai
3. Sub. Bagian Tata Usaha
4. Seksi Bimbingan Masyarakat Agama Islam
5. Seksi Pendidikan Agama Islam
5. Seksi Pendidikan Madrasah
6. Seksi Pendikan dan Pondok Pesantren
7. Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah
8. Penyelenggara Syariah.
Perubahan struktur diatas diawali dengan Pejabat Pertama Drs. H. Muh. Adnan sebagai Kepala Kantor Dep. Agama Kab. Sinjai

BERIKUT URUTAN KEPALA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SINJAI SEJAK BERDIRINYA SAMPAI SEKARANG :

1. Tahun 1950 – 1970………….Haji Ahmad Tahir

2. Tahun 1970 – 1976………..Usman Sulaeman

3. Tahun 1976 – 1980…………H. Mudjtaba, BA

4. Tahun 1980 – 1982…………H. Abd. Karim

5. Tahun 1980 – 1984..……….Drs. H. M. Dahlan Yusuf

6. Tahun 1984 – 1990…………..Drs. Kuraisy Ahmad

7. Tahun 1990 – 1995…………..H. Idrus, BA

8. Tahun 1995 – 1998…………..Drs. H. Mustafa

9. Tahun 1998 – 2001.…………Drs. H. Muh. Ishak

10. Tahun 2001 – 2002………….Drs. H. M. Arsyad Parenrengi

11. Tahun 2002 – 2005 ………..Drs. H. Muh. Adnan, MM

12. Tahun 2005 – 2008.…………Drs. H. Muhammad Sabir

13. Tahun 2008 – 2010………….Drs. H. Hamzah Djunaid, MM

14. Tahun 2011 – 2017……………Drs. H. Mudarak Dahlan, MH

15. Tahun 2018 –2021…………….Drs. H. Abd. Hafid,. M.Talla, M.AP

16.Tahun 2021 – 2022…………….H. Masykur S.Pd,M.Pd.I

17. Tahun 2022 – Sekarang……..H. Jamaris S.Ag, M,H